Kamis, 06 Oktober 2011

A. Mengenal Temu-temuan


1. Temu Giring




Pada awalnya, temu giring (Curcuma Heyneanan) tumbuh liar di hutan-hutan jati, khususnya di pulau jawa. Namun, karena berkhasiat sebagai obat, tanaman ini tidak dibiarkan terlantar di hutan karena kemudian lebih banyak didomestikasi di pekarangan atau halaman rumah. Nama lain yang disandangnya anatara lain temu ireng, sebutan dalam masyarakat jawa dan temu poh di Bali.

Rimpangnya terdiri atas dua bagian, yaitu rimpang induk berukuran lebih besar dan rimpang anakan. Kulit rimpang berbuku-buku dengan jarak antar buku 2 atau 3 cm. Daging rimpang kuning cerah menyerupai temu mangga, memiliki aroma yang harum, dan rasanya sangat pahit. 


 2. Temu Hitam





 Menyebut jenis temu ini. Temu hitam sebetulnya salah kaprah karena hampir tidak ada warna yang benar-benar hitam dari tanaman ini. Yang paling mendekati barangkali warna penampang daging rimpang, yakni biru atau menyerupai timbel. Potonglah rimpang tua, maka terdapat 2 lingkaran. Lingkaran dalam yang berukuran lebih besar berwarna kunig, sedangkan lingkarang luar berwarna kebiru-biruan. Adapula daging rimpang berwarna putih. Anehnya jenis temua ini tetap disebut temu hitam. Masyarakat jawa menyebutnya temu ireng. 

Kulit rimpang temu hitam berwarna kuning dan sedikit merah dibagian ujung. Bentuk rimpang pipih dengan tepi melengkung berdiameter 1 sampai 4 cm.  Aroma rimpang harum dan rasanya sangat pahit.



3. Temu Kunci




Walau namanya berbeda-beda di berbagai daerah, temu kunci tidak pernah terlepas dari rimpang tanaman asal asia tenggara. Masyarakat sumatera barat menyebutnya temu kunci, etnis madura memberi nama temo konce, orang makasar melafalkan tamu konci, dan di ambon populer sebagai tumbuh konci. 

Coba cermati rimpang anakan ytang menggerombol sebelah rimpang induk yanga ukurannya lebih besar. Sekaligue menyerupai anak kunci yang dihimpun sebuah lingkaran. Warna daging rimpang kuning muda dengan aroma rimpang sangat khas. Rimpang itu berasal dari terna bersosok pendek sekitar 30 cm. 


4. Temu Lawak





Bagian bawah rimp-ang induk tumbuh akar serabut sepanjang 25 cm. Ada dua jenis rimpang temu lawak, yaitu rimpang induk yanga berukuran sebesar telur ayam yanga bagian bawahnya tumbuh akar serabut sepanjang sekitar 25 cm. Ukuran rimpang induk relatif besar ketimbang anggota famili jaha-jahean. Jenis laian adalah rimpang cabang yanga muncul dibagaian ntepi rimpang induk. Biasanya dari sebuah rimpang induk tumbuh 3 samapai 4 rimpang cabang berbentuk memanjang. Irislah rimpang ini dengan pisau tajam, sejenak kemudian aroma tajam sgera tertangkap indra penciuman. Daging rimpang yanmg kuning itu juga menebarkan keharuman walau tidak begitu mencolok. 


5. Temu Mangga

Temu ini karena rasanya dan aromanya menyerupai buah mangga, karena rasanya mirip mangga muda. Masyarakat jawa menjulukinya temu poh sebutan laian untuk temu mangga anatara lain koneng joho, koneng pare (sunda), kunir pitih, temu pajangan, temu putih (jawa), dan temo pao (madura). Nama itulah yang sering membuat orang salah paham padahal ada tanaman lain yang bener-bener bernama temu putih, bukan nama alias bdari temu mangga. Rimpang temu mangga berwarna kekuningan dibagian tapi dengan warna daging dibagian tengah kuning muda. 


6. Temu Putih

Orang yanga mencari temu putih sering disodorkan temu mangga. Keduanya memang acap kali dikacaukan. Penyebabnya temu mangga oleh masyarakat jawa disebut juga temu putih. Padahal jenis tanaman kedua berbeda, tetapi seringkali namanya dicatut. Maklum pada awal tahun 2000 kepopuleran temu putih sebagai obat kanker begitu melambung hingga kerabat-kerabatnya, seperti temu mangga diusodorkan sebarai temu putih. Temu putih sejati mempunyai rimpang mirip temu lawak. Keduanya bisa dibedakan setelah dibelah. Rimpang temnu putih berwarna putih dan bagaian tengah berwarnah kekuningan. 

Seperti temu mangga rimpang muda temu putih juga lezat dijadikan lalap. Rasanya redas dan memberikan kehangatan. Masayarakat sunda menyebutnya temu bodas. Dalam penmgobatan cina temu putih populer sebagai e zhu. Setelah diolah dan dikemas acapkalai diberi label Churcuma kwang sinensis, bukan churcuma sedoarya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar